Talaqqi dan Metode Pembelajaran AlQuran
APA ITU TALAQQI?
BAGAIMANA PENERAPAN METODE TALAQQI DALAM PEMBELAJARAN ALQURAN ?
Proses “Membaca” yang Rasulullah ﷺ sebutkan dalam banyak riwayat hadits adalah proses membaca AlQuran yang berasal dari ingatan atau hafalan (Hifzh fish shuduur) bukan bacaan yang berasal dari tulisan (fish shutuur), karena begitulah awal mula AlQuran diturunkan juga berasal dari ingatan, sebagaimana proses turunnya wahyu AlQuran dari Allah subhaanahu wata’ala kepada Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam melalui perantaraan Malaikat Jibril ‘alaihi salam dengan sebuah proses yang disebut dengan Talaqqi.
Talaqqi AlQuran dapat menjadi contoh bagi kita semua dalam belajar AlQuran yaitu metode Talaqqi nya Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam kepada Malaikat Jibril, ayat demi ayat dibacakan dengan tartil kemudian Rasul mengikutinya sebagaimana bacaan yang disampaikan oleh malaikat jibril, bahkan metode ini Allah ceritakan didalam AlQuran ketika Allah subhaanahu wata’ala sedikit memperingatkan Nabi Muhammad untuk tidak terlalu cepat mengikuti bacaannya Malaikat Jibril ketika AlQuran dibacakan kepadanya karena dengan harapan lebih cepat menguasai dan menghafalnya, padahal terekamnya bacaan AlQuran yang disampaikan oleh Malaikat Jibril ke dalam dada Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam itu adalah semata-mata tanggungan Allah Subhaanahu wata’ala.
Sebagaimana bisa kita simak didalam AlQuran surat AlQiyamah ayat 16 – 18 berikut:
(لا تُحَرِّكْ بِهِ لِسَانَكَ لِتَعْجَلَ بِهِ (١٦) إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ وَقُرْآنَهُ (١٧)فَإِذَا قَرَأْنَاهُ فَاتَّبِعْ قُرْآنَهُ (١٨
“Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Quran karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya, Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu”
Dan begitu pula proses penyebaran AlQuran terjadi di zaman Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam kepada para sahabat juga dengan proses talaqqi, rasul menyampaikan sebuah ayat kemudian dibacakan kepada para sahabat, para sahabat memperhatikan dengan seksama bagaimana cara membacanya sebagaimana yang Rasulullah bacakan, kemudian dihafal dan diulang-ulang, lalu para sahabat menyebarkannya kepada para sahabat yang lain yang belum mendengarkan juga dengan bacaan yang berasal dari hafalan bukan dari tulisan, sementara bentuk tulisan hanya sekedar media pembantu saja didalam proses pembukuan AlQuran, misalnya di pelepah kurma, di batu-batu, didalam lembaran (suhuf) dan lainnya.
Dan begitu juga halnya pada hari ini dalam proses pembelajaran AlQuran, maka metode yang paling tepat dan baik adalah dengan menggunakan metode talaqqi, yaitu kita belajar bacaan AlQuran dengan dicontohkan oleh seorang Guru AlQuran kemudian kita mengikutinya dan kita membacakan AlQuran didepannya untuk kemudian diawasi dan dikoreksi terkait dengan kesalahan-kesalahan yang ada ketika kita membacanya. Kita juga belajar bagaimana membaca huruf-huruf AlQuran yang sesuai dengan kaidah-kaidah yang ada, bagaimana makhraj, sifat huruf dan lain-lainnya.
Contoh kata َظَالِمُوْن (orang-orang zhalim) didalam AlQuran, bagaimana kita mengetahui bacaan huruf ( ظ ) yang benar dan sesuai kaidah ? apakah kita hanya akan mengandalkan transliterasi huruf yang ada seperti tulisan “Dzha” ? pasti tidak akan bisa, karena huruf-huruf hijaiyah memiliki ke-khas-an didalam pengucapannya yang tidak bisa sekedar disamakan dengan huruf latin ketika ditransliterasi, bagaimana huruf itu keluar, yang benar suaranya seperti apa, posisi mulut dan lidahnya seperti apa itu akan didapatkan “hanya” dengan proses talaqqi.
Begitu juga yang lain misalnya untuk kata ُشَيْطَان didalam AlQuran, bagaimana cara kita membaca huruf ( ش ) yang sesuai dengan kaidah yang ada, bagaimana membedakan huruf ( ش ) dengan huruf ( س ) dan ( ص ) ? suaranya yang benar seperti apa, posisi lidah dan mulut seperti apa, dan bagaimana perubahan yang terjadi ketika fathah, kasrah, dhommah atau tanwin ? dan bagaimana untuk huruf “tha”nya, suaranya yang benar seperti apa ? dan bagaimana posisi lidah ketika mengeluarkan huruf tersebut dan bagaimana kita membedakannya dengan huruf ( ت ) ? sekali lagi itu semua “hanya” akan kita dapatkan melalui metode proses pembelajaran AlQuran yang disebut Talaqqi.
Maka kita wajib mengikuti metode pembelajaran tersebut karena Rasulullah pun menjalankannya, para sahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in dan generasi setelahnya pun menjalankannya juga, mereka mendapatkan kejayaan dalam memahami ilmu AlQuran melalui metode Talaqqi, maka kita pun wajib pula untuk menempuh jalur tersebut jika ingin mendapatkan kejayaan dalam memahami ilmu-ilmu AlQuran.
Maka benarlah perkataan Imam Asy-Syafi’i rahimahullah dalam nasihat yang ia berikan terkait dengan hal-hal yang seharusnya ada didadalam proses menuntut ilmu:
أخي لن تنال العلم إلا بستةسأنبئك عن تفصيلها ببيان ذكاء، و حرص، و اجتهاد، و بلغةو صحبة أستاذ و طول زمان
Saudaraku, engkau tidak akan mendapat ilmu, melainkan dengan enam perkara.
Akan kukabarkan kepadamu rinciannya dengan jelas
Kecerdasan, kemauan keras, bersungguh-sungguh, bekal yang cukup, bimbingan ustadz, dan waktu yang lama.
Proses “Shuhbatu ustaadz” (bimbingan ustadz) menjadi sebuah harga mati yang harus ada jika kita mau belajar memahami tilawah AlQuran dengan benar, karena agama ini tidak akan mungkin dipahami secara kaaffah kecuali dengan bantuan dan bimbingan seorang guru/ustaadz.
Diakhir tulisan yang singkat ini saya teringat pesan dari guru Dr. Syaikh Umar Yusuf Mirany Alkurdy Asy Syafi’i pemegang Sanad qira’ah Al-‘Ashr – Yordania. Beliau berkata “Talaqqi Sanad AlQuran ini adalah amanah yang harus engkau syi’arkan Semoga Allah swt memberikan kemudahan bagi kita semua dalam menuntut ilmu agama ini dan diringankan langkah kaki kita dalam mencari tempat atau seorang guru yang bisa membimbing kita dalam memahami AlQuran secara baik dan benar.
Semoga hadits berikut menjadi penutup yang indah dan menjadi motivasi bagi kita untuk untuk selalu berinteraksi Bahagia Bersama AlQuran, Aamiin.
عن عبد الله بن عمرو رضي الله عنهما قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : يُقَالُ لِصَاحِبِ الْقُرْآنِ : اقْرَأْ وَارْتَقِ وَرَتِّلْ ، كَمَا كُنْتَ تُرَتِّلُ فِي الدُّنْيَا، فَإِنَّ مَنْزِلَكَ عِنْدَ آخِرِ آيَةٍ تَقْرَؤُهَا.
Dari Abdulloh bin umar rodhiyallohu anhuma berkata :Rasululloh shollllohu alaihi wasallam bersabda :” Dikatakan kepada Shahibul Qur`an (di akhirat): “Bacalah Al-Qur`an dan naiklah (ke surga) serta tartilkanlah (bacaanmu) sebagai mana engkau tartilkan sewaktu di dunia. Sesungguhnya kedudukan dan tempat tinggalmu (di surga) berdasarkan akhir ayat yang engkau baca”.(HR. Imam Tirmidzi dan Abu Dawud)
Gabung Grup KulWap