Sabtu, 20 Apr 2024
  • Pesantren Pondok Quran sedang membuka pendaftaran santri baru. Yuk daftar!

Menggali Hikmah Dari Tempaan Mutiara

[siteorigin_widget class=”Thim_Heading_Widget”][/siteorigin_widget]
[siteorigin_widget class=”Thim_Icon_Box_Widget”][/siteorigin_widget]

Ketika orangtua ingin menjadikan anaknya “bintang di langit”, maka orangtua mesti memahami konsep bahwa proses pendidikan Anak perumpamaannya bagaikan proses pembentukan emas dan mutiara, emas dan mutiara yang ditempa banyak bara api.

Mutiara dipanen di NTB Lombok melewati budidaya mutiara proses 3 tahunan, ditengah derasnya tempaan laut dan ombak. Mutiara tetap menjadi mutiara karena kesabaran petani sehingga menghasilkan kualitas mutiara yang bagus dan indah.

Emas ditempa dengan bara api yang panas diolah dengan besi dijadikan perhiasan indah dengan bara api yang panas, dipukul dengan pukulan besi, bayangkan oleh orangtua yang penempaan dengan kesabaran oleh penempaan tersebut sebagai proses pembelajaran di pesantren yang dididik bukan untuk manja, bahagia dengan foya-foya, namun untuk memiliki kualitas yang bagus dan hebat. Ummat semakin kuat didikan nya terjauhkan dari kemanjaan orangtua tanpa mengurangi tanggung jawab nya sebagi orangtua .

Lingkungan kuat diibaratkan sebagi petani emas yang ikhlas dan guru yang sabar. Maka jadilah emas, diamnya petani menunggu hasil yang terbaik, lingkungan/guru jangan disalahkan, orangtua sebagai pemakai/ konsumen.

Tiga komponen utama dalam proses pendidikan, adalah :

  1. Pembeli/mutiara = Santri
  2. Lingkungan
  3. Nelayan/petani = Pesantren

Menikmati keindahan mutiara sama maknanya dengan memahami perjuangan dalam proses panjang pembentukan Mutiara. Maka, senantiasa mesti mensyukuri segala proses berupa penggalian ilmu pengetahuan.

Proses Tempaan Emas Mutiara : Dapat Menghargi Waktu

Penghargaan dan perhatian ulama dalam menggunakan waktu memang luar biasa. Imam Ibnu Abi Hatim ketika mau makan roti, ia menunggu sampai kering, setelah kering dicelupkan dalam air.

Ketika kebiasaan itu ditanyakan oleh muridnya, ia menjawab, ”Berapa menit waktuku terbuang hanya untuk mengunyah makanan berlama-lama. Masih banyak hal dari agama ini yang belum aku ketahui. Kalau roti tersebut kering lantas aku celup dengan air, bukankah hal ini mempercepat waktu makan dan hasilnyapun sama.”

Mendidik Santri Sebagai Bagian Dari Proses Tujuan Pesantren

Proses Membentuk mutiara merupakan pembentukan pendidikan pesantren sebagai pewaris Nabi yang membutuhkan ta’awun saling tolong menolong.

Proses Pendidikan pesantren dengan izin Allah akan kuat setelah melewati kurang lebih 10 tahun yang akan datang. Muatan islam yang kuat , posisi mutiara harus menjadi support system. Kebersamaan orantua dan anak. Doa orantua menjadi hal yang utama disamping nafkah/bulghotun/biaya.

Amanah terbesar pesantren adalah takut kepada Allah, karena takut kepada Allah itulah maka pesantren senantiasa memperbaiki system dengan kekuatan Basmalah bersinergi agar senantiasa dibimbing dan dekat pada Allah (Taqorrub ilallah).

Dalam proses pendidikan tersebut, membutuhkan ketegasan dan kelembutan bagaikan mutiara dicelup air, tidak ada kekerasan dalam :

  1. Disiplin
  2. Curahan hati diterima
  3. Proses pembelajaran yang dikuatkan

Santri dididik memahami jadwal harian dari awal shalat subuh, mufrodat, jika ingin mendidik di rumah, yakin dengan koordinasi agar anak terbentuk menjadi emas dan Mutiara, Sebagaimana Firman Allah dalam AlQuran Surat Muhammad Ayat 36 :

إِنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ ۚ وَإِنْ تُؤْمِنُوا وَتَتَّقُوا يُؤْتِكُمْ أُجُورَكُمْ وَلَا يَسْأَلْكُمْ أَمْوَالَكُمْ

Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau. Dan jika kamu beriman dan bertakwa, Allah akan memberikan pahala kepadamu dan Dia tidak akan meminta harta-hartamu.

Jangan Terperdaya Dengan Proses kehidupan

Proses pembentukan Allah menjadikan Nabi Musa ‘Alaihissalam tidak mudah, Proses Cara pemurnian emas ditempuh melewati proses pembakaran. Emas dibakar dengan suhu yang sangat tinggi sampai cair. Setelah cair, kotoran-kotoran yang melekat pada emas seperti karat, debu dan/atau logam-logam lain akan mudah dipisahkan dan disingkirkan. Suhu dinaikkan lagi dan kotoran yang masih tertinggal akan naik ke permukaan lalu sehingga bisa dibuang. Proses ini terus dilakukan berulang-ulang sampai pada akhirnya diperoleh emas yang benar-benar murni, bebas dari segala kotoran dan unsur logam lainnya.

Seorang pemurni emas mutiara akan bisa melihat mana emas mutiara  murni dan tidak dari proses pembakaran. seandainya emas mutiara itu hidup dan bisa bicara, tentu emas mutiara akan berteriak-teriak kesakitan penuh penderitaan karena harus ‘tersiksa’ dalam proses pemurniannya. Tapi pada akhirnya kita bisa melihat perbedaan kualitas. Harga emas mutiara murni jelas jauh diatas emas mutiara dengan berbagai campuran meski hadir dalam bentuk-bentuk perhiasan menarik.

Jadilah Seperti emas mutiara, begitu kuat dan berkilaunya emas Mutiara, Kemilaunya selalu indah. Kehalusan detail yang muncul membuat emas mutiara semakin menarik jika dilihat. Dan untuk menjadi sebuah emas mutiara yang menarik ada suatu proses yang sering kali luput dari perhatian banyak orang. Padahal proses tersebut sangat penting, dan bisa dibilang hal yang paling penting karena tanpa proses itu emas mutiara tak kan indah dan berharga dimata semua orang.

Jika saja emas mutiara hanya berbentuk batu yang tak beraturan dan tak berkilau, apakah masih ada orang yang memamerkannya? Tentunya tidak akan demikian. emas mutiara berawal dari sebuah batu yang bentuknya sangat tidak beraturan, banyak bagian tajam. Namun kemudian para pengrajin membentuknya sedemikian rupa, menggosoknya agar berkilau. Melalui proses penempaan yang cukup lama dan berat untuk menjadi sebuah emas mutiara yang cantik dan berharga.

Demikian juga Santri, yang juga mengalami berbagai proses di dalam kehidupan pesantren. Santri berawal dari seseorang yang tidak tahu, mengalami berbagai hal sedih dan bahagia, dari situ santri menjadi tahu dan mendapatkan pengalaman baru. Proses itu berulang di dalam keseharian santri, hanya kejadiannya saja yang tidak pernah sama. Namun santri seperti batu yang ditempa untuk menjadi emas mutiara.

Saat ini mungkin santri sedang dalam kondisi yang buruk, kondisi adaptasi yang kurang baik, serba tak nyaman mungkin. Tak ada orangtua yang dapat membantu dan memanjakan, sedangkan urusan yang lain nya harus banyak dilakukan dengan kedisiplinan dan kemandirian. Belum lagi hawa dingin yang menyelimuti kesibukan santri membawa oleh-oleh demam dan flu, sehingga aktivitas santri tidak bisa maksimal.

Lelah memang menghadapi kondisi semacam itu, namun jangan pernah lupa. Sebuah emas mutiara melewati proses yang hampir sama kerasnya dengan santri. Tak dengan mudah emas mutiara, berlian menjadi dikenal dan digandrungi semua orang. Jika dipikir sekali lagi, emas mutiara hanyalah batu biasa yang menjadi istimewa karena ditempa dan diasah sehingga berkilau dan indah. Begitu juga Santri, yang tak jauh beda dengan emas mutiara, jika ingin memiliki dan membentuk santri yang sukses, banyak hal harus santri lalui terlebih dahulu, barulah santri bisa menjadi seperti emas mutiara, berkilau dan dicintai banyak orang. Allah Ta’ala berfirman dalam AlQuran Surat Al-Balad ayat 4 : لَقَدْ خَلَقْنَاالْإِنْسَانَفِيكَبَدٍ

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah.

“Wallahu’alam”

[siteorigin_widget class=”Thim_Heading_Widget”][/siteorigin_widget]

Post Terkait

Wirid dan Berdzikir
20 Jan 2020

Wirid dan Berdzikir

0 Komentar

KELUAR