3 PONDASI
- Ditulis oleh Tim Redaksi MIM
- Tanggal November 8, 2019
- Komentar 0 comment
3 Pondasi Dalam Mempelajari dan Menghafal Al-Quran
Oleh : KH. Saparjan Mursi (Pengasuh Pondok Quran Boarding School)
Belajar AlQuran yang ditekuni tiada lain untuk mendapatkan keutamaan menghafal AlQuran. Mempelajari AlQuran jangan setengah-setengah ; Memperbaiki bacaan AlQuran yang sesuai dengan sanad bisa dipelajari Setelah mengkhatamkan/menyelesaikan hafalan AlQuran.
Beramallah dengan mengejar akhirat, niscaya akan mendapatkan dunia, bukan sebaliknya.
Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman dalam AlQuran Surat Al-Isra Ayat 19
وَمَنْ أَرَادَ الْآخِرَةَ وَسَعَىٰ لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَٰئِكَ كَانَ سَعْيُهُمْ مَشْكُورًا
“Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik.”
Untuk mendapatkan cita-cita dunia kejarlah akhirat dengan tujuan utamanya, Berikut ini 3 hal utama dalam mempelajari AlQuran :
1. Niat Ikhlas
Mempelajari dan menghafal AlQuran bukan diniatkan untuk mempermudah masuk kuliah ke universitas yang dicita-citakan. Menghafal AlQuran niat untuk Allah semata.
Dari Amirul Mukminin, Abu Hafsh ‘Umar bin Al-Khattab radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, :
“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang ia tuju.” (HR. Bukhari dan Muslim) [HR. Bukhari, no. 1 dan Muslim, no. 1907]
Dengan Niat yang baik karena Allah Ta’ala, maka jangankan kemudahan di Dunia, kemudahan Di Akhirat pun Allah jamin pahalanya.
Niat Menghafal AlQuran harus dijauhkan dari keinginan dipuji, disanjung karena riya.
Hadits Tiga Golongan yang Diancam Masuk Neraka Karena Riya :
“(Imam Muslim berkata) Telah mengabarkan kepada kami Yahya bin Habib Al-Haritsi, (Dia – Yahya bin Habib Al-Haritsi telah berkata) Telah mengabarkan kepada kami Khalid bin Al-Haritsi, (Dia – Khalid bin Al-Haritsi berkata) telah mengabarkan kepada kami Ibnu Juraij, (Ibnu Juraij berkata) telah mengabarkan kepadaku Yunus bin Yusuf, dari Sulaiman bin Yasaar, Dia (Sulaiman bin Yasaar) berkata, Ketika orang-orang telah meninggalkan Abu Hurairah, maka berkatalah Naatil bin Qais al Hizamy Asy-Syamiy (seorang penduduk palestine beliau adalah seorang tabiin), “Wahai Syaikh, ceritakanlah kepadaku suatu hadits yang Engkau telah dengar dari Rasulullah Shollallahu’alaihi wassalam, Ya (Aku akan ceritakan – Jawab Abu Hurairah), Aku telah mendengar Rasulullah Shollallahu’alaihi wassalam bersabda: “Sesungguhnya manusia pertama yang diadili pada hari kiamat adalah orang yang mati syahid di jalan Allah. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatan (yang diberikan di dunia), lalu ia pun mengenalinya. Allah bertanya kepadanya : ‘Amal apakah yang engkau lakukan dengan nikmat-nikmat itu?’ Ia menjawab : ‘Aku berperang semata-mata karena Engkau sehingga aku mati syahid.’ Allah berfirman : ‘Engkau dusta! Engkau berperang supaya dikatakan seorang yang gagah berani. Memang demikianlah yang telah dikatakan (tentang dirimu).’ Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeret orang itu atas mukanya (tertelungkup), lalu dilemparkan ke dalam neraka. Berikutnya orang (yang diadili) adalah seorang yang menuntut ilmu dan mengajarkannya serta membaca al-Qur-an. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengakuinya. Kemudian Allah menanyakannya: ‘Amal apakah yang telah engkau lakukan dengan kenikmatan-kenikmatan itu?’ Ia menjawab: ‘Aku menuntut ilmu dan mengajarkannya serta aku membaca al-Qur-an hanyalah karena engkau.’ Allah berkata : ‘Engkau dusta! Engkau menuntut ilmu agar dikatakan seorang ‘alim (yang berilmu) dan engkau membaca al-Qur-an supaya dikatakan seorang qari’ (pembaca al-Qur-an yang baik). Memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu).’ Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeret atas mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka. Berikutnya (yang diadili) adalah orang yang diberikan kelapangan rezeki dan berbagai macam harta benda. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengenalinya (mengakuinya). Allah bertanya : ‘Apa yang engkau telah lakukan dengan nikmat-nikmat itu?’ Dia menjawab : ‘Aku tidak pernah meninggalkan shadaqah dan infaq pada jalan yang Engkau cintai, melainkan pasti aku melakukannya semata-mata karena Engkau.’ Allah berfirman : ‘Engkau dusta! Engkau berbuat yang demikian itu supaya dikatakan seorang dermawan (murah hati) dan memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu).’ Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeretnya atas mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka.”
Dengan izin Allah, Kesibukan dengan AlQuran akan mendatangkan keberkahan, maka jangan sampai melalaikan :
- Adab sekalipun melalui media sosial.
- Kekuatan mental dan fisik untuk ilmu agama
Orang yang tidak memiliki sesuatu tidak bisa memberi.
فاقد الشيء لا يعطيه “Yang tidak memiliki sesuatu, tak akan bisa memberikannya”
2. SABAR
Surat Ali ‘Imran Ayat 200
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.
Nikmati segala proses, berproses agar berhasil, Bersabar dengan segala proses belajar bersama AlQuran.
Tergesa-Gesa Adalah Penyakit Manusia
Tergesa-gesa adalah penyakit manusia. Oleh karena itu, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan dalam hadits-nya bahwa ketergesa-gesaan berasal dari setan. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
التَّأَنِّي مِنَ اللهِ، وَالْعَجَلَةُ مِنَ الشَّيْطَانِ
Tidak tergesa-gesa/ketenangan datangnya dari Allâh, sedangkan tergesa-gesa datangnya dari setan
3. DOA
Surat Al-Baqarah Ayat 186
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي
فَإِنِّي قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.
Ini adalah kaidah (prinsip pokok ajaran) Al Qur’an dalam masalah keimanan, yang memiliki hubungan yang agung dengan salah satu ibadah yang paling agung, yaitu ibadah doa.
الدعاء سلاح المؤمن ، وعماد الدين ، ونور السموات والأرض
” Doa adalah senjatanya seorang mukmin dan tiang agama dan cahaya langit dan bumi ” [Hadits diriwayatkan oleh Imam Hakim ]
[ Aula AlHamidah Pesantren Pondok Quran Boarding School Jumat, 19 Juli 2019 ]
Mungkin Anda memerlukan artikel berikut
-
Antara Kemauan dan Kemampuan
20 Januari, 2020 -
Wirid dan Berdzikir
20 Januari, 2020 -
Kala Rasa Gundah Menghampiri
8 Januari, 2020